ALKALOID
Suatu
alkaloida adalah suatu unsur bahan kimia kompleks organik, ditemukan di
tumbuh-tumbuhan, yang memiliki karakteristik menggabungkan nitrogen dengan
elemen lainnya, memiliki rasa yang pahit, dan secara khas memiliki beberapa
racun, stimulan, memiliki efek penghilang rasa sakit. Memiliki banyak alkaloid
berbeda, pada tumbuhan opium ditemukan 30 jenis. Dengan morfin (morphine), merupakan alkaloid paling penting pada
opium - itu kualitas narkotik alaminya seperti halnya struktur kimiawi yang
sama tersedia untuk heroin - alkaloid lainnya, codeine, adalah yang juga dicari untuk
ciri-ciri medisnya. Alkaloid-alkaloid lain termasuk didalamnya, papaverine, narcotine, nicotine, atropine,
cocain, dan mescaline. Konsentrasi dari morfin (morphine) di opium bervariasi tergantung dimana
dan bagaimana tumbuhan tersebut ditanam, dengan tingkatan dari 3% hingga 20%.
Awal alkaloida diketahui hanya terdapat
dalam tumbuhan, terutama tumbuhan berbunga, Angiospermae. Selanjutnya ternyata
terdapat dalam hewan, serangga, biota laut, mikroorganisme dan tumbuhan rendah.
Contoh : Sebangsa rusa (muskopiridina), sejenis musang kastoramina), feromon seks serangga
(pirol) neurotoksik dari Gonyaulax catenella (saksitoksina), bakteri
Pseudo-monas aeruginosa (pirosiamina) cendawan (khanoklvina-1), marga lumut
Lycopodium (likopodina). Alkaloida sebagian besar dalam tumbuhan ber-bunga.
Kelompok alkaloida tertentu dapat dihubungkan dengan Keluarga (Famili) atau
Marga (Genus). Sistem Engeler tumbuhan tinggi ada 60 Bangsa (Ordo) dan ± 34
mengandung alkaloida, 4% semua Keluarga mengandung sedikitnya satu alkaloida,
hanya 8,7% pada sekitar 10.000 Marga. Keluarga mengandung alkaloida: Liliaceae,
Solanaceae dan Rubiaceae. Satu Keluarga beberapa Marga mengandung alkaloida dan
lainnya tidak, ada Marga sama mengandung alkaloida sama juga dari Keluarga
lain. Contoh : hiosiamin terdapat dalam 7 Marga yang berbeda dari Keluarga
Solanaceae, sedang vindolin dan morfin terda-pat terbatas hanya beberapa jenis
tumbuhan dari Marga yang sama.
KLASIFIKASI
Alkaloida, senyawa
organik bahan alam tidak punya tatanama sistematik, karena itu dinyatakan
dengan nama trivial, berakhiran –ina seperti pada karbohidrat dengan akhira -
osa, misal : kuinina, morfina, strikh-nina. Dibanding steroid dan flavonoid
punya struktur dasar, alkaloida struktur beragam, klasifikasi alkaloida rumit
dan belum ada klasifikasi seragam, umum digolong-kan berdasarkan pada :
Jenis cincin heterosiklik nitrogennya
Menurut klasifikasi ini dikenal, misalnya alka-loida pirolidina, piperidina, isokuinolina,
indol, kuinolina dan sebagainya.
Asal tumbuhan terdapatnya
Dasar awal alkaloida ditemukan pada tumbuh-an, misal : alkaloida tembakau,
alkaloida Ama-ryllidaceae, alkaloida Erythrina dan sebagainya. Kesulitan, ada
alkaloida tidak hanya terdapat pada satu tumbuhan, misal : nikotina, selain
dalam temba-kau dari Keluarga Solanaceae, juga terdapat dalam tumbuhan lain
yang tidak ada hubungan sama sekali dengan tembakau. Kelemahan lain, beberapa
alkaloida berasal dari satu tumbuhan tertentu dapat mempunyai struktur yang
sangat berbeda-beda.
Berdasar atas asal – usul biogenetinya
Cara ini dapat menjelaskan hubungan antara satu alkaloida dengan alkaloida
lainnya yang diklasifikasi berdasarkan cincin heterosillik, merupakan perluasan
sistem berdasarkan cincin heterosikliknya. Biosintesis menunjukkan bahwa
alkaloida berasal dari beberapa asam amino tertentu saja. Berdasarkan ini,
alkaloida dibedakan atas 3 golongan utama, yaitu :
1. Alkaloida alisiklik yang berasal dari asam amino
ornitin dan lisin
2. Alkaloida aromatik jenis fenilalanin yang
berasal fenilalanin, tirosin dan 3,4 – dihidroksifenil-alanin
3. Alkaloida aromatik jenis indol, yang berasal
dari triptofan
Aktivitas, asal – usul asam aminonya dan sifat kebasa – annya
Alkaloida sesungguhnya, merupakan racun, memiliki aktivitas fisiologis luas,
hampir semuanya bersifat basa, mengandung unsur nitrogen pada cincin
heterosiklinya, dibiosinte-sis dari asam amino, biasa terdapat sebagai garam
organik dalam tumbuhan. Aturan ini di-kecualikan terhadap kolkhisina dan asam
aristo-lokhat bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklik dan
alkaloida quaterner yang sedikit bersifat asam.
Protoalkaloida, merupakan amin se-derhana, atom nitrogen asam amino tidak
terdapat dalam cincin heterosikliknya, bio-sintesisnya dari asam amino yang
bersifat basa, misalnya :
Pseudoalkaloida, tidak diturunkan dari prekursor asam amino, biasanya bersifat
basa. Ada dua seri alkaloida yang khas dari golongan ini, yaitu alkaloida
steroidal (misal konessina) dan alkaloida purin (misal kofeina)
SIFAT
– SIFAT
Sifat Fisika, kebanyakan
padatan kristal dengan titik lebur tertentu, sedikit berbentuk amorf dan hanya
ada beberapa berbentuk cair (nikotina dan koniina). Umum tidak berwarna, hanya
beberapa berwarna, misalnya berberina dan serpentins (kuning), betanina
(merah). Kelarutan alkaloida bebas hanya larut dalam pelarut organik, pseudo
dan protoalkaloida larut dalam air, betanina (merah) bentuk garamnya dan
alkaloida kuaterner larut dalam air. Alkaloida seringkali optik aktif dan
biasanya hanya satu dari isomer optik dijumnpai di alam, beberapa terdapat
dalam bentuk rasemat, kadang juga satu tumbuhan mengandung satu isomer dan
tumbuhan lain mengandung enantiomernya
Sifat kimia, umunya bersifat basa, sifat ini ter-gantung pada adanya pasangan
elektron dari nitro-gen. Jika gugus fungsional berdekatan nitrogen ber-sifat
melepaskan elektron (misalnya gugus alkil) maka kesediaan elektron nitrogen
naik dan senyawa bersi-fat basa. Sebagai contoh trietilamin lebih basa dari
dietilamin dan dietilamin lebih basa dari etilamin. (C2H5)3 N - (C2H5)2 N -
(C2H5) N
Sebaliknya, bila gugus fungsional berdekatan bersifat menarik elektron (gugus
karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh
ditimbul-kan alkaloida dapat bersifat netral atau bahkan sedikit bersifat asam.
Misalnya senyawa yang mengandung amida
DETEKSI
Prosedur Wall, ekstraksi
±20 g sampel kering secara refluks dengan etanol 80%. Dingin saring, ampas
dicuci etanol 80%, filtrat dikum-pul, diuapkan. Residu larutkan dengan air
sua-sana asam (asam klorida 1%), disaring, tam-bah pereaksi endap seperti
Mayer, siklotungstat atau pereaksi lain. Bila positif, maka larutan asam
dibasakan kembali dan diekstraksi dengan pelarut organik. Lapisan organik
asam-kan kembali dan lapisan air asam dites dengan pereaksi warna, jika positif
maka dapat diyakini bahwa sampel mengandung alkaloida. Lapisan organik basa
perlu juga dites untuk menen-tukan adanya alkaloida quaterner.
Prosedur Kiang – Douglas, sampel kering dibasakan dengan larutan amonia
encer,ekstraksi dengan pelarut organik (kloroform), Ekstrak kloroform
dipekatkan dan alkaloida diubah menjadi garam hidroklori dengan penambahan HCl
2 N. Filtrat larutan berair kemudian diuji dengan pereaksi alkaloida.
Kekurangan metode Kiang – Douglas adalah senyawa amonium kuaterner
tidak dapat diubah menjadi ben-tuk basa bebasnya dengan cara penambahan amonia
dan tetap tinggal dalam sampel sehingga tidak terde-teksi. Sedang prosedur Wall
alkaloida quaterner mun-cul sebagai false – positive karena senyawa tersebut
tidak dapat terekstraksi ke dalam pelarut organik da-lam suasana asam – basa.
Beberapa pereaksi endap; Mayer, Bouchardat, Dragendorff, Wagner, larutan
tannin, lauran pikrat dalam air, larutan asam pikrolonat, larutan asam
sublimat, larutan asam siliko-wolframat dan larutan emas klorida, Pereaksi
warna; asam sulfat bebas NO, pereaksi Edman, perekasi Frohde, pereaksi
Mandelin, pereaksi Marquis.
EKSTRAKSI
Keragaman golongan
alkaloida pola ekstraksi dilakukan atas dasar sifat kebasaannya. Berdasarkan
atas sifat ini, alkaloida diekstraksi dengan dua cara, yaitu :
- pertama ekstraksi dengan air
dalam suasana asam
- kedua ekstraksi dengan pelarut
organik dalam suasana basa.
Ekstraksi awal alkaloida umumnya dilakukan dengan pelarut organik
suasana basa.
http://kimiaorganik2.blogspot.com/2012/10/alkaloid.html